Sabtu, 09 Februari 2013

TERCIPTANYA LANGIT BUMI DAN MANUSIA

Pada mulanya alam semesta ini kosong, yang ada hanya Brahman,zat tertinggi yang berada dalam keadaan tenang,kekal, masih belum ada gerak sedikitpun. Suatu saat Brahman tidak lagi berada dalam keadaan tenang, mulai timbul daya atau tenaga didalamnya yang disebabkan oleh saktinya. Brahman yang tidak berada dalam keadaan tenang lagi disebut Purusautama(Purusottama). Purusottama adalah zat tertinggi yang sudah timbul zat penggerak didalamnya. Purusottama merupakan perkembanagan pertama Brahman. Dimana Brahman tidak lagi berada dalam keadaan yang tenang secara kekal, tenang secara mutlak, tetapi telah menjadi aktip.
Purusottama mempunyai dua aspek  yaitu : aspek yang tidak dijelmakan,yaitu aspek yang tenang dan tidak berubah serta aspek yang dijelmakan. Selain mempunyai dua aspek, purusottama juga mempunyai dua kodrat/tabiat, yaitu : kodrat yang lebih tinggi (para) dan kodrat yang lebih rendah (apara). Dari kodrat yang lebih tinggi itu kemudian muncul Purusa atau jiwa yang ada di dunia yang terbatas ini, sedang dari kodrat yang lebih rendah (apara) kemudian timbul prakirti atau asas badani yang selanjutnya menimbulkan perubahan-perubahan alam dengan segala sebab-akibatnya. Segala aktivitas bersama purusa dan prakirti itulah mewujudkan bahan yang menyusun Dunia ini.
Prakirti mengandung didalamnya Triguna, atau tiga sifat alam yaitu ; Sattwam, Rajas dan Tamas(BG.XIV.5). Sattwam adalah hakekat segala sesuatu yang memiliki sifat-sifat terang dan menerangi. Unsur inilah yang menimbulkan segala hal yang baik dan yang menyenangkan. Rajas adalah sumber aktivitas dan pengembangan oleh karenanya menjadi sumber kesusahan dan penderitaan. Tamas adalah kekuatan yang menentang segala aktivitas, sehingga menimbulkan segala keadaan apatis, acuh tak acuh, malas dan masa bodoh/tidak hirau.(BG.XIV.6-8)
Semula ketiga guna itu berada dalam keseimbangan, oleh karena itu prakirti berada dalam keadaan tenang. Ketika keseimbangan kekuatan dalam prakirti ini terganggu, terjadilah gerak dan berkembanglah prakirti. Gangguan keseimbaangan itu terjadi manakala purusa berhubungan dengan prakirti, oleh karena perangsangan dari purusa. Perkembangan purusa dan prakirti ini menciptakan Alam semesta dengan segala isinya yang keluar dari prakirti. Sebaliknya, karena hubungan ini prakerti mengubah bentuk purusa menjadi jiwa perorangan di dalam dunia. Prakerti menahan purusa dan membelengunya dalam tubuh.
Pada saat purusa dan prakirti bertemu,maka keseimbangan triguna terganggu. Dalam tahap pertama dari perkembangan itu, Sattwam lebih berkuasa daripada rajas dan tamas. Oleh karenanya hal-hal yang dihasilkan adalah hal-hal yang didominasi oleh sattwam, yaitu terang dan menerangi yang pertama  timbul dari prakirti adalah, Mahat atau “yang agung”. Mahat adalah benih dunia ini. Segi kejiwaan atau segi psikologisnya disebut Buddhi yang memiliki sifat-sifat kebajikan (dharma), pengetahuan (Jnana), tidak bernafsu (Wairagya) dan ketuhanan (Aiswarya). Mahat adalah azas kosmis sedangkan buddhi adalah azas psikologis,sat halus dari segala proses mental, kecakapan untuk membedakan obyek atau hal-hal yang bermacam-macam serta menerimanya seperti apa adanya. Fungsinya untuk mempertimbangkan serta memutuskan segala yang diajukan oleh alat-alat yang lebih rendah dari padanya. Buddhi adalah unsur kejiwaan yang tertinggi, instansi terakhir bagi segala macam perbuatan moril dan intelektual.
Dari Buddhi(mahat) timbullah ahamkara, yaitu azas individuasi, azas yang menimbulkan individu-individu. Karena ahamkara maka segala sesuatu memiliki latar belakangnya sendiri-sendiri. Dari segi kosmis, timbullah subyek dan obyek yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri.  Dari segi jiwani, timbullah “ego” manusia.
Setelah ahamhara perkembangan Prakirti menuju dua jurusan, yaitu jurusan kejiwaan dan jurusan kebendaan/fisik. Pada jurusab kejiwaan,Sattwam lebih berkuasa dibandingkan Rajas dan Tamas. Sedang pada jurusan kebendaan/fisik,Tamas lebih dominan dibandingkan Sattwam dan Rajas. Dalam  kedua jurusan ini Rajas semata-mata befungsi sebagai penyeimbang dan memberikan dinamika kepada keduanya.
Pada perkembangan kearah kejiwaan, yang pertama-tama berkembang adalah manas, yaitu pusat yang bekerjasama dengan indera-indera. Tugas manas adalah mengkoordinir perangsangan-perangsangan inderawi, mengaturnya dan meneruskannya kepada ahamkara dan buddhi. Sebaliknya manas juga  bertugas meneruskan putusan-putusan kehendak buddhi kepada alat-alat yang lebih rendah. Buddhi,ahamkara dan manas ini bersama-sama disebut antahkarana(alat batin).
Perkembangan kejiwaan kedua adalah panca indera (budhendriya atau jnanendriya)  yaitu : penglihatan,pendengaran,penciuman,perasa dan peraba.
Perkembangan kejiwaan yang ketiga disebut panca karmendriya/indera untuk berbuat, yaitu: indera : daya untuk berbicara, daya untuk memegang, daya untuk berjalan, daya untuk membuang kotoran dan daya untuk membuang benih.
Perkembangan kebendaan/fisik, menghasilkan asas dunia. Perkembangan ini melalui dua tahap. Tahap pertama terbentuk lima anasir yang masih halus disebut Panca tanmatra yaitu: sari suara, sari raba, sari warna, sari rasa dan sari bau. Perkembangan tahap selanjutnya adalah kombinasi anasir-anasir halus ini menimbulkan Panca Maha Buta yaitu;  tanah ( pertiwi ), api (teja/agni ), air (apah ), udara (bayu ) dan ruang ( akasa ).
Akhirnya dari anasir-anasir kasar ini berkembanglah Alam semesta beserta seluruh isinya, bumi dengan gunung-gunungnya, dengan sungai-sungainya, pohon-pohonnya, binatang-binatangnya dan manusia-manusia. Semuanya merupakan hasil evolusi purusa dan prakirti.
Perkembangan yang terakhir ini berbeda dengan perkembangan yang pertama, yang mulai dari mahat sampai hingga anasir kasar. Perkembangan terakhir ini tidak menimbullkan asas-asas baru, seperti yang terjadi pada mahat,ahamkara dan buddhi, dimana setiap kali ada asas baru yang dilahirkan. Anasir kasar tetap berada didalam segala sesuatu yang dihasilkan. Di dalam perkembangan yang terakhir ini terjadi bermacam-macam perubahan  pergantian dalam batas-batas suatu masa (misalnya sebatang pohon tumbuh, hidup, mati, dan diuraikan kembali kepada anasir yang menyusunnya yaitu : tanah ( pertiwi ), api ( teja ), air ( apah ), udara ( bayu ) dan ruang (akasa).
Akan tetapi anasir perkembangan yang pertama yaitu yang mulai dari mahat hingga anasir kasar selalu tetap, senantiasa ada sepanjang perputaran masa dan hanya akan terurai pada akhir perputaran waktu.
Segala sesuatu yang didominasi oleh tamas, kebanyakan termasuk dunia benda, termasuk tubuh manusia, berifat badani/fisis. Segala sesuatu yang didominasi oleh sattwam, juga bersifat badani/fisis sebab sama-sama berasal dari prakirti.  Yang membedakan adalah kodratnya yang halus sehingga segala sesuatu yang didominasi oleh sattwam akan membantu purusa dalam menyatakan obyek-obyek di luar, sebab purusa bersifat pasif. Aktivitas yang didominasi sattwam diperlukan bagi syarat hidup mental.
Seluruh peralatan yang terdiri dari atangkara (alat batin) dengan seluruh alat bantunya seperti panca indera dan panca tanmatra semuanya bersifat badani dan menjadi syarat mutlak bagi purusa  untuk mendapatkan pengalaman. Semuanya itu bersifat khusus pada tiap orang, dan menyertai orang dalam seluruh kehidupannya di dunia ini dan disebut lingga sarira ( tubuh halus ). Tubuh ini akan terpisah dari seseorang jika ia mati. Tubuh ini hanya dapat dipisahkan secara sempurna jika ia  telah mendapatkan kelepasa yang sempurna.
Sedangkan tubuh yang tampak disebut sthula sarira (tubuh kasar), yang terdiri dari Panca Maha Buta yaitu : tanah ( pertiwi ), air ( apah ), api ( teja ),     udara ( bayu ) dan ruang ( akasa ).
 Purusa tidak berganda, kekal, tidak berubah,tidak mengalami perubahan tempat maupun bentuk,  bersifat pasif.  Dalam hubungannya dengan prakirti, purusa terpenjara didalam prakirti, sehingga purusa tidak dapat mengenal ataupun menghendaki sesuatu dalam arti umum, kecuali purusa dibantu oleh alat-alat batin. Purusa hanya bertindak sebagai penonton. Sedangkan prakirti, bersifat kompleks, dinamis, selalu mengalami perubahan.
Jadi dari uraian diatas dapat diringkaskan bahwa Brahman menciptakan Purusottama ( Purusa utama), Dari Purusa utama lahirlah Purusa dan Prakirti, dan dari keduanya ini terciptalah Alam Semesta beserta isinya. Jadi Alam semesta beserta isinya tercipta atas kehendak  Brahman.

Penciptaan Manusia

Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi. Sari-sari Pancamahabhuta menjadi Sadrasa, yaitu enam macam rasa. Unsur-unsur tersebut dicampur dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla. Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Kehidupan dimulai dari yang paling halus sampai yang paling kasar. Sebelum manusia diciptakan, terlabih dahulu Brahman dalam wujud sebagai Brahma, menciptakan para gandharwa, pisaca, makhluk gaib, dan sebagainya. Setelah itu terciptalah tumbuhan dan binatang. Manusia tercipta sesudah munculnya tumbuhan dan binatang di muka bumi. Karena memiliki unsur-unsur yang menyusun alam semesta, maka manusia disebut Bhuwana Alit, sedangkan jagat raya disebut Bhuwana Agung.
Menurut kepercayaan Hindu, manusia pertama adalah Swayambu Manu. Nama ini bukan nama seseorang, melainkan nama spesies. Swayambu Manu secara harfiah berarti "makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri
Alam semesta beserta isinya yang tercipta atas kehendak Brahman, sudah barang tentu mengandung didalamnya zat yang nyata juga. Sekalipun dunia mengandung didalamnya unsur zat yang mutlak, namun kurang nyata, jika dibanding dengan Brahman itu sendiri. Karena kurang nyata maka dunia ini memiliki sifat yang dapat menyesatkan.
Karena proses penciptaan  ini, Brahman atau zat yang tertinggi masuk kedalam alam semesta ini dan mendukungnya dan berada di dalam segala yang ada. Tuhan berada dalam segala sesuatu dan menjadi azas dan hakekat segala sesuatu.
            Oleh karena Tuhan adalah imanent, berada di dalam segala sesuatu, maka Tuhan juga berada di dalam Manusia. Tiap jiwa perorangan ( atma ) mendapat bagian dalam Atman yang ilahi atau dalam purusottama.
Sekalipun Tuhan ada dalam diri manusia yaitu dalam atma atau berasal dari  purusanya, namun Tuhan tidak ikut serta dalam segala tindakan manusia, sebab Purusa dalam diri manusia hanya bersifat sebagai penonton saja. Disitu ia berada dalam keadaan yang sempurna, tidak ada hubungannya dengan segala aktivitas manusia.
Akan tetapi didalam manusia ada yang disebut ahamkara, yaitu azas keakuan manusia, yang menyangkutkan manusia dengan dunia luar. Oleh karena ahamkara inilah manusia dikaburkan pandangannya, termasuk mengenai purusa. Akibatnya purusa mengira diikat oleh prakirti karena trigunanya, sehingga purusa mengira bahwa ia sendirilah yang berbuat, bahwa ia mendapat bagian  dalam proses yang berlangsung di dalam prakirti dan dilakukan oleh prakirti. Demikianlah manusia menjadi korban ajnana/ketidak tahauan. Berada dalam Awidya/kegelapan.

Berikut ini seloka-seloka Bhagawad Gita pendukung Penciptaan Bumi Alam Semesta dan Manusia :

Semua mahluk datang pada Prakerti-Ku pada akhir peredaran kalpa, o Arjuna, dan pada permulaan kalpa yang berikutnya Aku cipta mereka kembali.(BG.IX.7)
Aku cipta berkali-kalidari prakerti-Ku seluruh mahluk ini, tanpa kehendak mereka dengan kekuatan Prakerti-Ku.(BG.IX.8)
Dan karma ini tidak mengikat Aku, sebab Aku duduk seolah-olah acuh tak acuh,tidak tersangkut denganperbuatan ini .(BG.IX.9)
Alam semesta ini dibawah pengawasan Prakerti-Ku, menjadikan segala sesuatu yang bergerak dan tidak bergerak, dengan ini dunia berputar (BG.IX.10)
Tanah, air,api, udara, akasa,budhi,manah,ahamkara, merupakan delapan unsur alam-Ku (BG.VII.4)
Inilah sesungguhnya Prakirti yang lebih rendah dan ketahuilah yang lebih tinggi adalah unsur hidup yaitu jiwa yang mendukung alam semesta ini (BG.VII.5)
Ketahuilah bahwa semua mahluk adanya berasal dari garba ini. Aku adalah asal mula dan peleburnya. (BG.VII.6)
Ketahui juga olehmu bahwaPrakirti dan Purusa kedua-duanya tanpa mula dan ketahui pulalah bahwa perobahan dan triguna terlahir dari Prakerti juga (BG.XIII.19)
Prakerti diebut sebagai sebab terciptanya alat, sebab akibat dan Purusa dikatakan sebagai sebab adanya pengalaman suka dan duka (BG.XIII.20)
Purusa duduk dalam Prakerti mengalami Triguna yang ada pada Prakerti sendiri dan ikatan dengan atribut menimbulkan akibat kelahiran baik-buruknya pada Garbha. (BG.XIII.21).
MahaPurusa yang ada dalam badan bertindak sebagai saksi,pengawas,pendukung yang mengalami, penguasa tertinggi, Parama Atman. (BG.XIII.22)

Disarikan dari
      1.     Harun Hadiwijono: Sari Filsafat India,BPK Gunung Mulya,Jkt. 1989
      2.     Gede Puja: Bhagawad Gita, Mayasari, Jkt. 1985/1986
      3.     www.wikipedia indonesia> penciptaan bumi dan manusia menurut Hindu

2 comments:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Krisna mengatakan...

Ulasannya menarik gann.. Silahkan Mampir ke blog ane gan.