Senin, 29 Mei 2017

SEJARAH PARISADHA HINDU DHARMA INDONESIA

Oleh : Dr. I Nyoman Guli Mudiarcana

Sejarah perjuangan umat Hindu dalam rangka menegakkan NKRI  dan berdirinya Parisada Hindu Dharma Indonesia


1.     Latar Belakang : Hindu sebagai Agama tertua yang ada di Indonesia

Agama Hindu adalah Agama yang pernah dianut oleh seluruh rakyat di Nusantara.  Agama Hindu pernah menjadi Agama Negara di Nusantara. Agama Hindu mempengaruhi seluruh sendi kehidupan bermasyarakat dan tradisi-tradisi di Nusantara.

Sejak Indonesia mengenal sejarah (periode Sejarah) Agama Hindu sudah hadir di Nusantara membawa peradaban sejarah. Agama Hindu juga membawa peradaban tulis menulis, kalender, tata kelola pemerintahan, ritual keagamaan, tradisi  dan lain sebagainya.

Sebagai agama pertama dan tertua yang berkembang di Indonesia,  perkembangan agama Hindu mengalami  pasang surut  akibat perobahan ditingkat elite politik dan kekuasaan.  Para Raja yang beragama Hindu memberikan keleluasaan bagi rakyatnya melaksanakan tatacara peribadatan secara Hindu, Hukum hukum pun dibuat sesuai dengan hukum hukum Dharma yang kemudian menjadi panutan turun termurun.

Sejarah Indonesia mencatat mulainya muncul kerajaan kerajaan bercorak Hindu di hampir seantero Nusantara, dari Kerajaan Salakanegara di awal masehi di Jawa barat (th. 130 M), kemudian kerajaan Tarumanegara (th. 358-669)  juga di Jawa barat, Kerajaan Kutai Kertanegara (th. Abad ke 4) di Kalimantan, Kerajaan Kalingga (abad ke 6)  di jawa Tengah, Kerajaan Sriwijaya (abad ke 7)  di sumatera,  Mataram di jawa tengah (abad ke 6), Udayana di Bali (abad ke 9) , Kahuripan (ke 10) , Kediri (ke 11), Singhasari (th 1222 M) di Jawa Timur, Tumasik (singapura- kini), Dharmasraya (melayu),  Pajajaran di Jawa barat dan Majapahit di Jawa Timur. Majapahit adalah puncak kecemerlangan Hindu di Nusantara,  adalah Kerajaan  yang menganut Agama Hindu dengan sistem pemerintahan dan adat istiadat  bercorak Hindu

Masa kejayaan Kerajaan Majapahit (1293-1478)  sekaligus dipandang sebagai masa jaya Nusantara.  Kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh Indonesia modern ditambah ke utara sampai Yunan (champa) ke barat sampai pulau pormosa (di tanjung harapan Benua Afrika) dan ke timur sampai Papua Nugini. Pada  Jaman Majapahit - Indonesia merupakan salah satu negara super pawernya didunia saat itu.

Toleransi yang diajarkan oleh raja Majapahit ternyata menikamnya dari lambung majapahit.     Kebijakan Raja majapahit yang membuka secara lebar keyakinan baru tumbuh di Nusantara telah meruntuhkan Kejayaan Majapahit. Kekurang cerdasan Raja majapahit terakhir dalam membaca peta perpolitikan dunia saat itu telah menjebabkan keruntuhan kerajaan Majapahit

2.     Abad Pertengahan : Peta Politik Global  dan pengaruhnya terhadap Hindu di Nusantara.

Pertentangan di dunia barat antara Eropa yang Kristen dengan Timur Tengah yang Muslim telah menimbulkani perang salib berkali kali. Perang salib ini  berimbas sampai ke Asia tenggara dimana Turki dan Eropa  berebut pengaruh di Nusantara. Turki menguasai Indonesia bagian barat dan  Eropa menguasai Indonesia bagian timur.

Perebutan pengaruh Turki di Indonesia bagian barat dengan berpusat di Aceh dan pengaruh Eropa di Indonesia bagian Timur dengan berpusat di Maluku dan Nusa tenggara Timur. Menyebabkan Agama Hindu di Bali yang berada ditengah tengah menjadi sangat stategis.  Berkat bantuan Kaisar dari Cina maka Bali tetap bertahan dengan tidak terpengaruh Turki di barat dan Portugis (Eropa di timur).

Jejak pengaruh Cina dapat dilacak dari berbagai jenis arsitektur Meru yang bertingkat tingkat dan  tari Baris, tari Barong, makanan,  maupun  wang kepeng (pis bolong) yang sampai kini masih dipergunakan di Bali. >>>sehingga Bali yang agamanya dipegaruhi oleh Agama India  adat istiadatnya dipengaruhi oleh Hindu dan makanan dan arsitektur Puranya (meru)  dipengaruhi Cina.

Kegagalan Majapahit mengantisipasi pengaruh Perang Salib di Nusantara menyebabkan Runtuhnya kerajaan Majapahit. Sandyakalaning Majapahit -  runtuhnya Kerajaan Majapahit yang ditikam dari belakang oleh paham yang diberi keleluasaan berkembang,  sekaligus pula merupakan awal runtuhnya perkembangan agama Hindu di Indonesia sampai titik terendah. Namun, demikian sisa-sisa kejayaan agama Hindu di Indonesia dipertahankan dengan taat melalui Adat dan Budaya hingga kini oleh  sebagian masyarakat di Pulau Bali, Lombok, Jawa, Sumbawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, maluku, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,  Irian, dan daerah lainnya.

Adat Istiadat itu mula-mula, dipertahankan oleh masyarakat dengan system Kerajaan dengan mempertahankan tradisi kerajaan misalnya :

                   -. Oleh raja raja keturunan Pagarhuyung di Padang tetapi ditumpas oleh kelompo Paderi

                   -.  Raja raja Mataram di Jawa, yang berkompromi dengan  tradisi baru yang dibawa oleh para

                       penyebar agama baru dan budaya baru ditanah Jawa.



Akhirnya mulailah masa masa suram Nusantara, Indonesia terperangkap dalam Kolonialisme asing.



3.     Peran Umat Hindu  melawan  Kolonialisme



Meskipun Indonesia telah dikuasai dan dijajah oleh Kolonialisme Asing, para Pejuang kemerdekaan yang ingin tetap  mempertahankan  tradisi Indonesia, terus mengobarkan semangat perjuangan untuk meraih kembali kebebasan dan kemerdekaan.



Para pencinta adat dan budaya Nusantara dan umat Hindu terus  mengobarkan perlawanan bersenjata thd kolonialisme dimanapun mereka berada,   diantaranya :

-.  Untung Surapati (1660-1706) dengan menghimpun para bekas Budak teman teman sepermainanya     dari Bali membentuk  Laskar Bali di Batavia dengan ciri khas pasukan meudeng (ikat kepala khas Bali) putih   dan  berperang melawan kompeni di tanah Jawa diantaranya di  Batavia, Banten, Cirebon, Kartosuro dan Pasuruan (Jawa Timur)

-. I GustiAgung Jelantik memimpin perjuangan masyarakat Bali dan melakukan “PerangJagaraga”  (1846-1849) untuk menentang pendudukan Pemerintah Hindia Belanda di Bali

-. Ida Cokorda Mantuk Ring Rana memimpin rakyat Kerajaan Badung, melakukan “Perang Puputan Badung”, tanggal 20 September 1906

-. Ida CokordaIstri Kania bersama rakyat Kerajaan Klungkung melakukan “Perang Puputan Klungkung” tanggal 28 April 1908



Dan masih banyak lagi peristiwa bersejarah yang perlu mendapat catatan semastinya, dalam mengusir penjajahan thd politik, adat dan budaya Nusantara



Pada masa pendudukan Jepang, pada tanggal 2 Februari 1994, Jepang mulai membuka pendaptaran prajurit PETA di Bali. Dan pada tanggal 6 April 1944 para perwira dan serdadu Bali telah diangkat secara formal.



Pada pertengahan tahun 1944 seorang pemuda bernama  I Made Wija Kusuma muncul sebagai  pemimpin penting gerakan perlawanan rakyat Bali (MBU DPRI). Juga peran Gede Puger seorang pegawai jawatan  radio jepang di singaraja, juga ada yang namanya I Made Gelgel yang dilaporkan tertangkap awal th 1945 dan tidak ada kabar beritanya lagi.



Pada saat bangsa Indonesia melakukan perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, banyak umat Hindu  berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia diantaranya :

-.  I Gust Ngurah Rai yang memisahkan diri dari MBU DPRI dan melakukan long march ke Besakih dan akhirnya  gugur  sebagai kusuma Bangsa dalam Puputan Margarana 20 November 1946.

-. I Dewa Nyoman Oka -  seorang tentara pelajar yang gugur dalam pertempuran di Jalan Kota Baru – Yogyakarta tanggal 7 Oktober dalam rangka menegakkan kedaulatan NKRI.

-. Gatot Soebroto (Jenderal Gatot Soebroto), seorang Pejuang kelahiran  Banyumas - Jawa Tengah- seorang yang sangat taat pada tradisi Kejawen dan Agama Budha, sebelum berangkat berperang selalu menyempatkan diri membakar dupa dan bermeditasi mohon perlindungan Gusti Hyang Widdhi. Demikian Juga dg RA Kartini yang selalu memuja Agama Budha.



Bahwa Umat Hindu berjuang tidak hanya mempertahankan Pulau Bali tetapi ikut berjuang dan berperang  di daerah lain di Nusantara untuk menegakkan NKRI.   Keberanian Pemuda Hindu  dalam perjuangan meneggakkan NKRI  patut dijadikan suri tauladan. .



Demikian pula pada masa pergerakan, muncul tokoh tokoh : I Made Wijakusuma (pemimpin PRI kemudian MBU-DPRI),    Mr Ketut Pudja,,  AA Gede Agung, Cokorde Raka Sukawati (ketiganya pemimpin politik),   I Gede Puger (pemimpin Pesindo), I Nyoman Mantik (tokoh penting PRI kemudian MBU-DPRI), I Nyoman Pegeg (BKR Sunda Kecil- kemudian menjadi tokoh kunci intelejen TKR),  I Nengah Wirta Tamu (pak Cilik), I Gede Paneca, I Made Mendra dan  I Ketut Wijana adalah tokoh tokoh pergerakan bersenjata beragama Hindu.



4.     Perjuangan mempertahankan Agama Hindu





        Setelah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, dan meskipun heroisme    masyarakat Bali yang beragama Hindu diakui partisipasinya dalam perang kemerdekaan,  namun secara formal, agama Hindu yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Bali belum diakui oleh pemerintah.


Perjalanan sejarah perjuangan masyarakat Hindu memperoleh legitimasi Negara atas agamanya dapat direkonstruksi sebagai berikut:



1.      Pada tanggal 26 Desember 1950, Menteri Agama (K.H. Masykur) bersama Sekjen mendatangi Kantor Daerah Bali yang diterima oleh I Gusti Bagus Sugriwa sebagai salah satu Anggota Dewan Pemerintahan Daerah Bali (DPD. Bali) bertanya jawab mengenai agama Hindu Bali. Setelah itu, Menteri Agama dapat menerima alasan mengapa Agama Hindu Bali harus diakui sebagai agama Negara dan menjanjikan akan mengesahkannya setelah selesai keliling di Sunda Kecil.



2.      PadaTanggal 10 Oktober 1952, Menteri Agama, Sekjen Menteri Agama (R. Moh. Kafrawi) disertai Kepala Jawatan Pendidikan Agama Islam member ceramah di Balai Masyarakat Denpasar dan menyatakan bahwa “.... tidak dapat mengakui Agama Tirta  sebagai Agama resmi karena tidak ada peraturan untuk itu berbeda,  dengan Agama Islam dan Agama Kristen memang telah ada peraturannya ......



3.      Pada Pertengahan Tahun 1953, Pemerintah Daerah Bali membentuk Jawatan Agama Otonom Daerah Bali dengan tujuan untuk mengatur pelaksanaan agama umat Hindu Bali, karena belum diatur dari pusat. Pimpinan lembaga tersebut dipercayakan kepada I Putu Serangan dan Ida Padanda Oka Telaga. Di tiap-tiapKapupaten dibentuk Kantor Agama Otonom yang diketuai oleh seorang Pedanda. Pada tahun ini pula DPD. Bali atas persetujuan DPRD. Bali mencabut hukuman: Asu Pundung, Anglangkahi Karang Hulu, Manak  Salah, Salah Pati AngulahPati, karena tidak sesuai lagi dalam suasana demokrasi.



4.      Pada tanggal 29 Juni 1958 lima orang utusan organisasi agama dan sosial di Bali menghadap Presiden Soekarno di Tampaksiring. Diantar oleh Ketua DPR Daerah Peralihan Daerah Bali I Gusti Putu Mertha. Rombongan utusan itu adalah :

a.       Ida Pedanda Made Kumenuh,

b.      I Ketut Kandia

c.       I Gusti AnandaKusuma,

d.      Ida Bagus Wayan Gede,

e.       Ida Bagus Dosther



Pokok masalah yang diajukan adalah supaya dalam  Kementerian Agama Republik Indonesia ada bagian Agama Hindu, sebagaimana yang telah diperoleh oleh Islam, Katholik dan Kristen. Permohonan tersebut memperoleh response yang positif dari Pemerintah



5.      Pada tanggal 5 September 1958 terbit lah Surat Keputusan Menteri Agama RI yang mengakui keberadaan Agama Hindu.  Selanjutnya terhitung mulai tanggal 2 Januari 1959 pada Kementerian Agama Republik Indonesia dibentuk Biro Urusan Agama Hindu Bali pada Kementrian Agama Republik Indonesia. Biro tersebut pertama kali dipimpinoleh I Gusti Gede Raka dibantu oleh I NyomanKajeng. Setelah I Gusti Gede Raka meninggal dunia saat masih menjabat, lalu digantikan oleh I NyomanKajeng.



6.      Pada Tanggal 7 Oktober 1958 :  diadakan pertemuan kembali antara Pemerintah Daerah Bali dengan Pimpinan Organisasi Keagamaan di Bali di Balai Masyarakat Denpasar. Pada pertemuan tersebut diputuskan membentuk panitia yang bertugas mempersiapkan Dewan Agama Hindu Bali. Panitia terdiri atas :



a.       Paruman Para Padanda,

b.      Organisasi-organisasi Agama Hindu di Bali,

c.       Kumara Bhawana 

d.      Angkatan Muda Hindu Indonesia - Bali,

e.       Doktor Ida Bagus Mantra

f.       I Gusti Bagus Sugriwa.





7.      Pada tanggal 6 Desember 1958, panitia tersebut menyelenggarakan rapat di Pasanggrahan Bedugul dan memutuskan bahwa Hindu Bali Sabha akan diadakan pada bulan Januari 1959.



8.       Pada tanggal 21-23 Februari 1959 diadakan : PesamuhanAgung Hindu Bali, di Gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar yang dihadiri oleh     :  20 orang. Delapan dari delegasi pemerintah dan 12 dari organisasi keagamaan Bali seperti:



1.      Perhimpunan Buddhis Indonesia Bali Dharma Yadnya,

2.      Partai Nasional Agama Hindu Bali,

3.      Majelis Hinduisme,

4.      Wiwada Sastra,

5.      Sabha Satya Hindu Dharma,

6.      Perhimpunan Hidup Ketuhanan,

7.      Angkatan Muda Hindu Bali Kumara Bhuwana, (Pemuda Pasek)

8.      Yayasan Dwijendra,

9.      Eka Adnyana Dharma,

10.  Persatuan Keluarga Bujangga Waisanawa,

11.  Paruman Pandita.

12.  Paruman Para Pedande.



Yang pada akhirnya membentuk Parisada yang melahirkan “PiagamParisada”.

Hindu Bali Sabha atau Pasamuhan Agung Hindu Bali, Pesamuan  tersebut kemudian dikenal sebagai Sidang Pembentukan Parisada Dharma Hindu Bali.


Ada sejumlah tantangan  yang menyebabkan putra-putra terbaik Bali membentuk PDHI pada waktu itu, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Tantangan dari luar disebabkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia di mana masing-masing agama dituntut  untuk berhimpun dalam suatu majelis keagamaan atau lembaga keagamaan  agar mempermudah komunikasi antar lembaga, termasuk Negara sebagai sebuah lembaga. Ini tentu merupakan tantangan positif, bahwa gagasan mewadahi diri dalam satu lembaga bagi pemeluk agama Hindu di Indonesia berarti  pula melakukan penataan diri sehingga terbentuk peradaban Hindu berdasarkan dharma.


Sementaraitu, di tengah situa sipolitik yang memanas, PartaiKomunis Indonesia (PKI) sangat tidak menghendaki berdirinya PDHI. Namun, karena keteguhan sejumlah orang yang bersemangat tinggi mengabdikan diri pada bidang agama Hindu—bak bintang bersinar di tengah malam paling gela, menyebabkan PDHI akhirnya terbentuk juga, sudah tentu dengan mabela pati (resikomati).



Dari dalam, desakan untuk membentuk lembaga ini disebabkan karena kesadaran kaum intelektual pada waktu itu untuk menata kehidupan beragama Hindu agar benar-benar berlandaskan ajaran dharma.


Pembentukan PDHI memang dilandasi cita-cita mulia pendirinya untuk menata diri (dharma agama) agar peradaban Hindu benar-benar berdasarkan ajaran dharma dan menjadi mitra pemerintah menciptakan Negara jagadhita (dharma nagara). Dari aula Fakultas Sastra Unud yang sederhana akhirnya padatanggal 23 Pebruari 1959 lahirlah apa yang disebut PiagamParisadha yang merupakan cikal bakal terbentuknya PHDI sebagai lembaga nasional yang diakui dunia. Dengan demikian, dapat dikatakan tonggak kelahiran PHDI sekaligus merupakan tonggak kebangkitan Hindu Indonesia sehingga 50 tahun PHDI berarti pula Setengah Abad Kebangkitan Hindu Indonesia yang harus diperingati secara istimewa oleh masyarakat Hindu di Indonesia.



9.      Mahasaba I PDHI tanggal 7-10 Oktober  tahun 1964, di Denpsar, PDHI berganti  nama menjadi PHD (parisada Hindu Dharma)

10.  Mahasaba II tgl 2-5 Desember 1968 di Denpasar

11.  Mahasaba III tgl 27-29 Desember 1973 di Denpasar.

12.  Mahasaba IV tgl  24-27 Desember 1980 di Denpasar

13.  Mahasaba V tgl 24-27 febuari 1985 di Denpasar

14.  Mahasaba VI tgl 9-14 September 1991 di Jakarta,  PHD berobah menjadi PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia)



5.     Masa Kemabangkitan Kembali  Pemuda Hindu

1.      Pada tahun 1982 terjadi pergolakan dikalangan Mahasiswa Hindu di Yogyakarta, akibat persentuhannya dengan aktivis mahasiswa di kampus,

2.       Tahun 1983 di UGM berdiri KMHD _ Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Univesitas Gadjah Mada Yoygakarta dan di IKIP Negeri berdiri organisasi HIMAH (Himpunan Mahasiswa Hindu)

3.      Tahun 1984 mahasiswa Hindu di Yogyakarta sepakat mengundang seluruh tokoh Pemuda dan tokoh Agama Hindu  se Indonesia untuk berkumpul di Kaliurang-  Yogyakarta>>>dan melalui Mahasaba I Pemuda Hindu I terbentuklah PERADAH Indonesia (Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia)

4.      Akibat dominasi Politik Orde Baru saat itu dan klaim Peradah sebagai satu satunya wadah Pemuda, Mahasiswa, dan Wanita Hindu,  yang menjadi Anderbaow GOLKAR maka pada tahun 1985 Peradah berkembang  menjadi berbagai  organisasi yaitu PERADAH INDONESIA  dan PHI (PEMUDA HINDU INDONESIA), KMHDI dan WHDI dan PRAJANITI  kembali dihidupkan.

Kini Jaman Reformasi, dimana persaingan Global masih terus berlanjut maka sewajarnyalah Umat Hindu bersatu padu saling bahu membahu membangun kesejahteraan Bangsa dan tetap menegakkan Bhineka Tunggal Ika, pancasila dan  NKRI

1 comments:

Ediputra16 mengatakan...

Mohon sumbernya
terima kasih