Sabtu, 09 Februari 2013

REINKARNASI : HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN CARA MENGHINDARINYA

Pengertian Reinkarnasi

Reikarnasi berarti kelahiran yang berulang-ulang atau disebut juga numitis kembali  atau Samsara/ punarbhawa. Di dalam Weda disebutkan bahwa  : Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut Samsara,  Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa Karma- Bakti-Danapunia dan Tapa kita sebelumnya, akibatnya terjadilah  suka dan duka. Reinkarnasi  terjadi karena Jiwatman masih terikat oleh hal-hal duniawian yaitu :  kenikmatan,  makan, minum, sex, harta dan kekuasaan

Reinkarnsi merupakan kesimpulan atas semua karma

Reinkarnasi merupakan bentuk perputaran Karma,  Setiap mahluk yang hidup  pasti akan mengalaminya. Reinkarnasi merupakan kesimpulan atas semua Karma-Bhakti-Danapunia dan Tapa yang telah dilakukan dalam suatu siklus kehidupan.  Baik buruknya perbuatan (karma) serta kwalitas Bhakti nya terhadap Hyang Widdhi akan menentukan  kwalitas kehidupan pada reinkarnasi berikutnya.

Reinkarnasi merupakan hukum kekekalan energi

Bahwa setelah kematian, badan jasad beserta Dzat hidup yang ada dalam badan (Jiwatman)  tidak musnah melainkan hanya berubah sampai mencapai kesempurnaan.  Reinkarnasi telah dibuktikan dengan hukum kekekalan energi oleh James Prescott Joule, seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris yang namanya di abadikan menjadi satuan energi. Hukum kekekalan Energi Joule berbunyi sebagai berikut :

 “Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. 

Sedangkan Hukum Reinkarnasi yang tertulis di kitab Bagawad Gita, yang turun di medan perang Kurusetra tahun 3138 SM dan dicatat oleh Maharsi Wiyasa mengatakan sebagai berikut :


  1. Apa yang tidak ada tidak akan pernah ada, dan apa yang ada tidak akan berhenti ada keduanya telah dimengerti oleh mereka yang mampu melihat hakekat pertama (BG.II.16)

  2. Demikian juga tidak pernah ada saat dimana Aku, Engkau dan para pemimpin ini tidak ada, dan tidak akan ada saat dimana kita akan berhenti ada sekalipun sesudah mati (BG.II.12)

  3. Ini tidak pernah lahir pun tidak pernah mati atau setelah ada tidak akan berhenti ada, ini tidak dilahirkan, kekal, abadi yang sejak dahulu Dia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati (BG.II.20)

Hukum kekekalan energi dan hukum reinkarnasi setuju bahwa zat atau materi itu tidak pernah musnah, melainkan hanya berubah, dari satu materi ke materi lain atau dari energi ke materi lain, atau dari materi ke energi lain, atau dari energi ke energi lain, atau dari kehidupan ke kehidupan lain.



Sedangkan Dzat Hidup yang ada dalam badan mahluk hidup tidak pernah dilahirkan dan tidak pernah mati.  Atau setelah ada tidak akan pernah berhenti ada. Ya tidak dilahirkan, kekal, abadi sejak dahulu. Dia tidak mati pada saat badan ini mati (BG.II.20)



Sebagaimana halnya orang menanggalkan pakaian yang telah dipakai dan menggantikannya dengan yang baru, demikian pula halnya Jiwatman meninggalkan badan yang telah dipakai dan memasuki jasmani yang baru.(BG.II.22)



Demikian juga halnya dengan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya,  manusia dan mahluk hidup lainnya tidak akan pernah musnah melainkan hanya berubah. Meski manusia atau mahluk hidup telah mati, tetapi Jiwatman-nya tetap hidup untuk mencari kehidupan baru. Badan dan tubuhnya kemabli ke Panca  Bhuta :  yang berasal dari air (apah) kembali menjadi air, yang berasal dari tanah (pertiwi) kembali menjadi tanah, yang berasal dari panas/api (Teja) kembali menjadi panas/api yang berasal dari udara (Bayu) kembali ke udara yang berasal dari ruang  (akasa) kembali ke akasa dan sedang Dzat Hidup-nya yaitu Jiwatman-nya kembali mencari bentuk baru untuk menyempurnakan diri, terus berulang-ulang bersiklus sampai suatu saat sang Jiwatman nya benar-benar sempurna untuk bisa kembali ke asalnya yaitu Hyang Widdhi Wasa



Reinkarnasi :  Kesempatan untuk memperbaiki Bhakti, Danapunia,Tapabrata dan Karma



Keyakinan terhadap Reinkarnasi ini yang berhubungan erat  dengan Karma -Bakti, Danapunia dan Tapa  akan membuat setiap umat manusia  memperbaiki kwalitas hidupnya. Karena  kehidupan sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperbaiki diri.  Hidup di dunia saat ini hanya untuk mampir ngombe. Sehingga Karma, Dana, Tapa dan Bhakti  perlu ditingkatkan kwalitasnya.



Dalam Bagawad Gita XVIII.5 Sri Krisna memerintahkan setiap manusia untuk selalu melaksanakan Empat  hal dan tidak boleh mengabaikannya  yaitu : 



1.      Beryadnya   Sebagai wujud berbakti kepada Hyang Widdhi

2.      Dana ( ber-dana-punia/sedekah),

3.      Tapa /Pengendalikan diri,  pengendalian  terhadap pikiran, perkataan, perilaku, makan, minum dan nafsu seksual

4.      Karma  ( perilaku yang baik/subakarma).



Yajna  dana tapah karma  na  tyajyam  karyam  ewa tat,  Yajno danam tapas cai’wa Pawanani manisinam (BG.XVIII.5)



Beryadnya, berdanapunia,  bertapabrata    dan karma,  jangan diabaikan melainkan harus dilakukan,  sebab ber-yadnya,ber-danapunia dan ber-tapabrata adalah cara untuk mensucikan diri bagi orang bijaksana



Reinkarnasi bisa terjadi dari Sorga dan bisa dari Neraka. Kita bisa melihat berbagai realitas kwalitas kehidupan yang ada di sekitar kita. Ada yang sejak lahir sudah cacat, sakit-sakitan, jelek dan dari keluarga miskin. Dan ada juga dari lahir sudah ganteng/rupawan, kaya, pintar dan lahir dikalangan bangsawan. Ada juga yang rupawan/ganteng dan lahir dari keluarga miskin. Ada juga yang cacat, jelek dan sakit-sakitan  lahir dari keluarga kaya.  Dan ada juga variasi dari hal- hal tersebut diatas, tergantung karma-bakti -Dana dan Tapa-nya pada kehidupan sebelumnya, sehingga reinkarnasi-nya dari sorga tingkat keberapa atau dari neraka tingkat yang ke berapa.



Upaya membebaskan diri dari hukum Reinkarnasi



Supaya dibebaskan dari Reinkarnasi (perputaran karma) maka setiap umat manusia harus selalu mengikuti ajaran Weda (sastrawiddhi) dan selalu melaksanakan perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan duniawi



Ye me matam idam nityam   anustisthanti manawah, sraddawanto ‘na suyanto mucyante te’pi karmabhih  (BG.III.31)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku ini dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan duniawi akan dibebaskan dari belengu perputaran karma  ( Reinkarnasi)



Sedangkan mereka yang meninggalkan Weda (sastrawiddhimUtsrijya), karena dipengaruhi oleh nafsu duniawi, tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan (siddhim), kebahagiaan (sukham) dan tidak pernah bisa mencapai tujuan tertinggi (param gatim= Moksa)  (BG.XVI.23) dan pasti akan selalu mengalami reinkarnasi



Dengan selalu mengagung-agung-kan nama-nama Hyang Widdhi, berusaha dengan teguh memegang sumpah, sujud kepada Hyang Widdhi dalam pengabdian dan disiplin jiwa, ber-bhakti kepada Hyang Widdhi. Yang berjiwa mulia, memiliki sifat suci, mengetahui Hyang Widdhi yang tak termusnahkan sebagai sumber segala mahluk, selalu sujud ber-bhakti kepada Hyang Widdhi dengan memusatkan pikiran.(BG.14 & 13)

Dengan selalu melaksanakan Yadnya, ber-Danapunia, mengendalian diri (Tapa) tarhadap pikiran, perkataan, perbuatan, serta mengendalikan diri terhadap makan, minum dan nafsu seksual, serta ber-perilaku (Karma) yang baik, untuk mensucikan diri dan melukat/meruwat segala kesialan/mala.

Pusatkan pikiranmu kepada-Ku, bersembahyanglah hanya kepada-Ku, bersujudlah kepada-Ku, Pujalah Aku selalu, dan setelah engkau mengendalikan dirimu dengan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi, maka engkau akan tiba kepada-Ku. (BG.IX.34).

  

                                    ==>Mudah-mudahan berhasil <==

                                              ==>Matur Suksme<==

2 comments:

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas ilmu pengetahuannya melalui blog ini. Makin yakin dengan Sanathana Dharma

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas ilmu pengetahuannya melalui blog ini. Makin yakin dengan Sanathana Dharma